Selasa, Oktober 29, 2019

Keputusan Antara Rasa & Prilaku (Etika)


Manusia seringkali membuat keputusan didasari oleh rasa , keputusan yang didasari oleh rasa tak membutuhkan logika karena ia bukan keputusan matematika , rasa hanya butuh alasan yang menyenangkan jiwa dan memuaskan nafsu.
Logika matematik hanya digunakan untuk menguatkan alasan bagi sebuah keputusan atas dasar rasa, logika matematik hanya dipakai dalam ruang kajian ilmu pengetahuan adapun implementasi dari ilmu pengetahuan harus mengindahkan keinginan yang timbul dari rasa.
Secara logika matematika hanya benda dengan BJ (berat jenis) lebih kecil dari air yang bisa mengambang diatas air seperti kapas , kayu , daun,  karena BJ yang lebih berat akan menahan BJ yang lebih ringan.
Tapi rasa keinginan memindahkan berpuluh ton mineral emas agar bias dijual dari pulau papua ke sebuah kota di tengah eropa membuat para insiyur membuat kapal dari besi yang BJ nya jauh lebih berat dari BJ air. Dan mereka berhasil.
Untuk mengerakkan atau memutuskan sesuatu musti ada rasa, yang kemudian dicari alasan pendukungnya sehingga nampak logis untuk melakukan sesuatu.
Suatu aksi tanpa rasa seperti makanan tanpa garam atau pergi tanpa tujuan.
Rasa bak pisau bermata dua ia bisa digunaka untuk kebaikan juga untuk kejahatan tergantung kepada si empunya rasa tsb.

Dari mana rasa muncul?
Rasa muncul dari hasil interaksi terhadap sesuatu baik melalui mata (berupa gambar), telinga (suara), hidung (aroma) , kulit (suhu) , lidah (rasa) , dan panca indera lainnya  kemudian di tampilkan dalam imajinasi fikiran yang mengabungan hasil interaksi indah/buruk, merdu/rusak, wangi/bau, dingin/panas, kasar/lembut, asam/asin/manis/pedas , menghasilkan sensasi yang melahirkan sebuah keputusan yang menghasilkan respon senang, sedih , gembira, marah, suka , benci dstnya. Dari sinilah akan muncul keputusan menilai & bersikap terhadap sesuatu.

Prilaku/etika seseorang akan memberikan respon reaksi sekitarnya yang akan menghasilkan sebuah rasa, sehingga prilaku/etika menjadi pemicu timbulnya rasa.

Sehingga secara umum akan terlihat pola hubungan :

Prilaku -> Rasa -> Keputusan
merubah Prilaku diri bisa mengubah Rasa & Keputusan lawan

Begitupun sebaliknya keputusan dapat merubah rasa dan prilaku

Keputusan -> Rasa -> Prilaku
merubah Keputusan diri akan merubah Rasa dan Prilaku lawan. 

Kesimpulannya untuk merubah kondisi eksternal maka rubahlah sisi internal.


“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra'd:11)

Wallahu'alamu bishowab.

Minggu, September 29, 2019

Membangun kebaikan

Bagaimana agar kebaikan bisa tersebar kesemua lapisan masyarakat?
Jawabnya harus ada yang menjadi volunteer kebaikan yang memberi contoh & menganjurkan orang lain untuk berbuat baik.
Tahapan yang harus dilakukan adalah
Membuat Goal kebaikan yang akan dicapai.
Merekrut volunteer kebaikan lalu mengajak masyarakat dari lingkup terkecil hingga besar untuk mendukung kebaikan.
Saat mayoritas masyarakat sudah memberikan dukungan, maka tahap selanjutnya adalah mengajak masyarakat untuk mencegah kejahatan yang kecil hingga yang besar, agar kebaikan dapat terus dijaga keberadaannya.
Hasilnya masyarakat tersebut akan menjadi masyarakat yang terbaik & memperoleh manfaat yang tak terhingga.
Hal ini sejalan dengan firman Allah swt.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)

GOAL -> Small Volunteer -> Menganjurkan Kebaikan  -> Bigger Volunteer -> Mencegah Kejahatan -> Kondisi yang lebih baik