Kaum pekerja , memiliki tantangan yang semakin besar di masa-masa yang akan datang, dominasi para pemodal yang pandai dan memiliki tim think-thank yang handal membuat kaum pekerja kalah dalam hal strategi masalah ketenaga kerjaan.
Masuknya kepentingan para pengusaha dalam UU maupun lobi-lobi yang cantik kepada para penentu kebijakan diberbagai negara membuat upaya mereka terencana dan terstruktur.
Kekuatan modal mereka yang luar biasa, lebih mereka sukai untuk mendanai pembentukan UU dan lobi, ketimbang memberikan peningkatan kesejahteraan bagi buruhnya.
Out-sourcing barangkali salah satu keberhasilan pemodal dalam mensiasati kaum pekerja melalui UU.
Multi Tasking , yang sederhananya adalah pengurangan pekerja namun dengan jumlah pekerjaan yang tetap, barangkali salah satu yang menjadi incaran berikutnya, dengan dalih slim organisasi dan efisiensi
Ada lagi isu yang cukup mengemuka, yaitu Competency Based, idealnya, pekerja dibayar sesuai kompetensi yang dimilikinya, akan tetapi tidak lah semudah itu karena dengan dalih mengikuti harga pasar tenaga kerja, bisa jadi peningkatan competency pekerja tidak seiring dengan peningkatan kompensasinya.
Karena, para pemodal selalu berdalih "upah buruh" yang tidak "kompetitif" membuat perusahaan juga tidak bisa kompetitif dalam era globalisasi.
Tapi kalau kita mau melihat secara jernih, dari dulu Indonesia sudah menjadi incaran para pemodal, karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang besar.
Sebagai ilustrasi negara Arab yang kaya akan minyak, upah buruh penduduk aslinya sangat tinggi, tapi hal ini tidak menyurutkan para pemodal untuk berinvestasi dan beroperasi di negara itu, sebabnya karena negara Arab kaya akan minyak.
Lalu kenapa jika kaum buruh di Indonesia menginginkan peningkatan kesejahteraan , hal ini selalu terkendala oleh alasan upah buruh yang tinggi menyulitkan perusahaan untuk kompetisi.
Sebuah ironi. ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar